Rabu, 22 Februari 2012

KISAH PILU JURNALIS INDONESIA


Oleh : Mustofa El_abdy
          Menjadi seorang jurnalis merupakan profesi yang sangat mulia, karena dari tangan jurnalislah semua informasi berkembang sehingga dengan informasi itu dunia seakan ada digenggaman. Namun, menjadi seorang jurnalis membutuhkan tekad dan keberaniaan karena yang akan dihadapi adalah tantangan di segala medan liputan, tak jarang nyawapun harus melayang.
          Tentu kita masih ingat tragedi di aceh Desember 2003 lalu, memang cukup lawas untuk diperbincangkan. Namun, itulah sebuah kenyataan yang seharusnya menjadi perhatian berbagai kalangan, terutama para penguasa dan para pejabat pemerintahan.
Genjatan senjata antara GAM dan TNI saat itu, sangat menarik perhatian media untuk dijadikan Headline dalam pemberitaan. Mereka berlomba-lomba untuk meperebutkan posisi menjadi stasiun yang terdepan mengabarkan peristiwa demi peristiwa. Itulah mungkin yang dilakukan RCTI saat itu. Salah satu stasiun TV swasta itu mengirimkan krunya Ferry santoro dan Ersa Siregar untuk meliput berbagai peristiwa di Aceh sehingga setiap kejadian dapat dilaporkan lansung dari lapangan.
Namun, semuanya diluar dugaan Juni 2003 mereka tertangkap oleh GAM. Mereka disandera selama 6 bulan dan tepat tanggal 29 Desember 2003 Ersa siregar  harus meregang nyawa setelah peluru TNI menembus leher dan dadanya. Tragis memang dan cukup memperihatinkan bagi kita. Tapi ini tidak semata-mata karena kesalahan dia dalam melaksanakan tugas jurnalisnya. Namun, semua itu berpangkal dari penyanderaan yang dilakukan oleh GAM. Mereka melanggar konvensi Internasional mengenai perlindungan wartawan dan sipil dalam perang. Perlindungan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia juga bisa dikatakan gagal dalam melakukan perundingan dengan pihak GAM. Dengan mereka melakukan penyelesaian secara diplomatik, tragedi memilukan itu tidak akan terjadi
Namun, Nasi sudah menjadi bubur, kayu sudah menjadi arang. Semuanya telah berlalu, sekarang kita hanya bisa berharap semua kejadian itu tidak akan pernah terrulang. Jurnalis harus benar-benar mendapatkan perlindungan.

Selasa, 21 Februari 2012

GAGASAN : PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PRAMUKA


Pendidikan karakter diluncurkan oleh Kemendiknas pada tahun 2010. dengan tujuan membentuk pribadi anak bangsa menjadi yang lebih baik dan berkarakter. Sejak saat itu, kurikulum di sekolah dituntut untuk meletakkan  pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran. Sehingga semua buku teks mulai di tambah dengan petuah-petuah yang diharapkan mampu mengubah karakter anak bangsa menjadi lebih baik.
          Mengingat pendidikan karakter merupakan ilmu yang tidak cukup hanya di pelajari secara teori tapi juga perlu praktek (pembiasaan), dan melihat jam pelajaran yang tidak memungkinkan untuk mentransfer semuanya kepada siswa, maka dari itu, kita harus mencari alternatifdan salah satu alternatif yang bisa kita lakukan ialah mewajibkan siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler Pramuka.
          Seperti kita ketahui, dalam pramuka kita diajari kedisiplinan, kejujuran, kemandirian dan sebagainya. Yang semuanya tertuang dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan. Jadi, kita bisa gunakan pramuka sebagai alternatif untuk membentuk karakter anak bangsa menjadi yang lebih baik.