Selasa, 31 Januari 2012

PRO KONTRA MORATORIUM REMISI KORUPTOR


        Baru-baru ini Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Republik Indonesia, mengeluarkan kebijakan yang menuai pro dan kontra dari berbagai pihak terutama para politisi, akademisi, dan pakar hukum di Negara kita. Kebijakan Kementerian hukum HAM untuk menghentikan sementara atau moratorium remisi kepada koruptor oleh sebagian pihak dianggap salah kaprah dan melanggar hukum bahkan ada yang menuding kebijakan itu, hanya untuk pencitraan menteri dan wakil menteri baru.
Tidak aneh memang kalau kebijakan itu mendapat penolakan-penolakan, mengingat jumlah pro koruptor di Negara kita cukup besar terutama dikalangan anggota legislatif. Telah kita ketahui, tidak sedikit dari mereka yang mengecam kebijakan Amir syamsudin dan wakilnya. Nudirman munir dan rohut sitompul misalnya, mereka secara terang-terangan mengatakan bahwa kebijakan itu melanggar hukum, konsitusi, dan peraturan pemerintah.
Sebagai Negara terkorup ke dua di Asia pasifik, tidak salah rasanya kalau penolakan terhadap kebijakan yang merugikan koruptor mendapat dukugan yang cukup besar. Karena bagaimanapun budaya korupsi di Indonesia sudah merajalela, mulai dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat bahkan penegak hukumpun terlibat di dalamnya.
Membebaskan negara dari belenggu korupsi rasanya seperti sulit sekali. Usaha penegakan hukum pun seperti menabrak tembok tebal yang susah ditembus, hukum bisa dibeli, pasal bisa dihilangkan, tuntutan bisa dipermainkan, tergantung selera. Jika jumlah fee yang disodorkan kepada para oknum penegak hukum cocok, hampir bisa dipastikan akan mendapatkan pelayanan istimewa.
Melihat realita-realita di atas, langkah yang di ambil kemenkumham sangat tepat karena dapat membeikan dampak positif terhadap penegakan tindak Pidana Korupsi (tipikor). Mengingat penegakan tindak pidana korupsi di Negara kita masih sangat lemah dan tidak memberikan efek jera. Karena bagimanapun jangan sampai orang yang telah merampok duit negara hukumannya lebih ringan dari pencuri ayam.
Para koruptor dan prokoruptor pastinya akan mencari celah dan titik lemah agar moratorium ini tidak dapat dilaksanakan sehingga mereka bisa memepermainkan hukum di Negara kita. maka sangat diperlukan dukungan dari masyarakat agar moratorium ini bisa terealisasi.

LIBURAN ILMIAH


 
          Liburan merupakan moment yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua kalangan, entah itu mahasiswa, dosen, artis, ataupun pejabat pemerintah. Setelah sekian lama beraktifitas tentunya kita merasa lelah, capek dan pusing karena pekerjaan yang masih menumpuk. Apabila terlalu di paksaan tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami stress. Oleh karena itu kita membutuhkan liburan untuk merefresh otak kita.
Albert einstein mengatakan :”bila A sama dengan sukses, maka rumusnya A= X + Y + Z. X adalah berpikir, Y itu bekerja, dan Z besantai. Begitu penting bukan liburan bagi kita, sehingga orang sejenius einstein juga membutuhkan liburan(santai) untuk menghasilkan teori-teori yang spektakuler. Begitupun ilmuwan-ilmuwan yang lain.
Bagi kita(Mahasiswa) liburan menjadi sebuah keharusan, setelah berhari-hari kita memeras otak untuk menjawab soal demi soal Ulangan Akhir Semester(UAS) tentunya kita harus memanjakan otak kita. Apalagi kita mahasiswa Pendidikan Matematika, pastinya setiap hari kita di cekoki aksioma, teorema, postulat, dan berbagai macam formula-formula matematika.
Untuk mengisi liburan banyak cara yang bisa kita lakukan, sebagian dari kita ada yang mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata. Namun, sebagai masyarakat ilmiah tentunya kita harus memilih liburan yang bermanfaat dan menambah pengetahuan kita pastinya juga merefresh oitak kita.
Di Amerika, seperti yang diberitakan oleh www.aprillins.net. Sebuah maskapai penerbangan ”VIRGIN GALACTIC” menawarkan liburan ke luar angkasa. Untuk dapat menikmati liburan yang sangat luar biasa itu, kita harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Yaitu sekitar Rp.1.780.000.000,00 ($200.000) per orang. Mengingat manfaat dan pengalaman yang diperoleh sebanding rasanya dengan biaya yang dikeluarkan.
Liburan diatas sepertinya hanya bisa di nikmati oleh para milyuner dan trilyuner saja. Namun, kita tidak usah berkecil hati karena masih banyak alternatif yang bisa kita lakukan. Di bandung Misalnya, ada sebuah Lembaga penilitian Astronomi yang bisa kita kunjungi yaitu Observatorium Boscha Lembang. Di sana, kita akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan seputar ilmu astronomi. Bagi kita yang memang sangat memiliki keterbatasan finansial kita bisa melakukan kemah di alam bebas. Kita bisa melakukan penelitian terhadap flora dan fauna yang ada di sekitar kita.
Sejatinya, liburan ilmiah merupakan wahana liburan yang tidak hanya memberikan kesenangan secara fisik namun juga mampu menambah wawasan kita. Maka dari kita harus selektif dalam memilih liburan yang bernilai bagi kehidupan kita.


                                         Dimuat di buletin "Pena Himatika" Universitas Madura